BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalm hidup bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tak akan pernah
lepas dari yang namanya pro dan kontra. Nah, dari pro dan kontra itulah dapat
menyebabkan pertentangan sosial di masyarakat bahkan dapat menimbulkan konflik.
Dari sebuah konflik tersebut bisa menimbulkan perpecahan dalam bermasyarakat.
Hal-hal seperti itulah yang menimbulkan perpecahan dalam masyarakat.
Maksudnya adalah setiap individu pasti mempunyai pendapat atau
kepentingan yang berbeda dengan yang lainnya. Terkadang dari pendapat atau
kepentingan tersebut bisa menyebabkan perdebatan yang bisa berakhir secara
damai atau sebaliknya berakhir secara anarkis.
Diskriminasi secara harfiah berarti "perbedaan". Diskriminasi
ini memiliki arti memperlakukan orang secara berbeda atau kelompok (biasanya
minoritas) berdasarkan karakteristik yang berbeda seperti asal, ras, asal
negara, agama, keyakinan politik atau agama, kebiasaan sosial, jenis kelamin,
orientasi seksual, bahasa, cacat, usia, dll.
Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma
kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan
diepergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai dan membedakannya dengan
kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk
menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya
sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung,
tidak luwes. untuk membahas lebih lanjut langsung saja di bab beriku
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pertentangan Sosial
A. Pengertian
Pertentangan adalah sutu hal yang dapat di artikan suatu konflik,yang di
mana konflik ini memiliki suatu fakta yang bertabrakan berlawanan dengan pihak
lain yang akan menimbulkan suatu masalah yang pelik apabila konflik atau
pertentangan ini tetap ada dan tanpa ada yang namanya perdamaian dari kedua
belah pihak. Sedangkan sosial sendiri mempunyai makna “masyarakat”. Sedangkan
pertentangan sosial sendiri adalah suatu kegiatan yang menentang ilmu - ilmu sosial yang
biasanya terjadi karena kesalahpahaman. contoh pertentangan sosial adalah
tauran, kerusuhan, perang antar suku dan banyak lagi.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi
tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan.
Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas
dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai
pertentangan yang kasar atau perang.
Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan cirri-ciri dari situasi konflik
yaitu :
- Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat di
dalam konflik
- Unti-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan,
tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun
gagasan-gagasan
- Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai
perbedaan-perbedaan tersebut.
Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
a) Elimination:
Adalah pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yang diungkapkan dengan: kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami
membentuk kelompok kami sendiri.
b) Subjugation atau domination:
Adalah orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa
orang atau pihak lain untuk mentaatinya.
c) Mjority Rule:
Adalah suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan
keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
d) Minority Consent:
Adalah kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas
tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk melakukan
kegiatan bersama.
e) Compromise:
Adalah kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha
mencari dan mendapatkan jalan tengah.
f) Integration:
Adalah
pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah
kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua
pihak.
Integrasi
Sosial
Integrasi berasal dari bahasa inggris
"integration" yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi
sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling
berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan
masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
Adapun definisi lain tentang integrasi adalah sebagai berikut:
- suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap
komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap
mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing.
- Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem
sosial tertentu
- Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Sedangkan integrasi sosial adalah suatu proses penyesuaian di antara
unsur-unsur yang berbeda dalam kehidupan bermasyarakat. Integrasi sosial akan
terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang
batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Fungsi integrasi sosial sendiri agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi
berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi
secara sosial budaya.
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial
senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut :
- Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus
(kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai
kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar)
- Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus
menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation).
Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial
lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting
loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
Adapun bentuk-bentuk integrasi sosial ada 2, yaitu:
a) Asimilasi
yaitu pembauran Kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli.
b) Akulturasi
yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan
kebudayaan asli.
Akulturasi juga dipengaruhi 2 faktor, faktor internal dan faktor
eksternal. Berikut adalah penjelasan tentang faktor akulturasi.
1. Faktor internal
- Kesadaran diri sebagai makhluk sosial
- Tuntutan kebutuhan
- Jiwa dan semangat gotong royong
2. Faktor eksternal
- Tuntutan perkembangan zaman
- Persamaan Kebudayaan
- Terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam bermasyarakat
- Persamaan visi, misi, dan tujuan
- Sikap toleransi
- Adanya consensus nilai
- Adanya tantangan dari luar
Contoh kasus pertentangan sosial dan
integrasi dalam bermasyarakat
Seperti peristiwa di Bima, Nusa Tenggara Timur, terjadinya pertumpahan
darah karena adanya perselisihan antara warga dengan perusahaan pertambangan
yang akan membuka lahan pertambangan di wilayah tersebut namun di tolak oleh
masyarakat di wilayah tersebut.
Untuk mengurangi kasus-kasus seperti itu setiap individu harus menanamkan
menanamkan sikap dan kesediaan menenggang dan sikap terbuka golongan penguasa
sehingga meniadakan kemungkinan deskriminasi.
BAB III
Penutup
1. Kesimpulan
Sumber konflik itu sangat beragam dan kadang sifatnya tidak rasional.
Oleh karena kita tidak bisa menetapkan secara tegas bahwa yang menjadi sumber
konflik adalah sesuatu hal tertentu, apalagi hanya didasarkan pada hal-hal yang
sifatnya rasional. Banyak faktor yang bisa memicu konflik(pertentangan) sosial
seperti: perbedaan pendapat atau kepentingan, persaingan antar individu bahkan
kelompok, adanya salah paham, dan lain-lain
2. Saran
Untuk mengurangi konflik-konflik tersebut, setiap individu harus
menanamkan menanamkan sikap dan kesediaan menenggang dan sikap terbuka golongan
penguasa sehingga meniadakan kemungkinan deskriminasi. Dan setiap masala tidak
lah perlu diselesaikan dengan kekerasan ata bahkan dengan pertumpahan darah.
Setiap perdebatan bisa diselesaikan dengan musyawarah agar Indonesia ini
semakin damai